Selasa, 19 Mei 2015

Malu Dengan Indonesia?


Pemuda dengan nasionalisme dan kedaerahan tak selamanya “ndeso” jika dibandingkan dengan anak kota yang hidup di jaman modern. Anak kota yang ter westternisasi, menyukai produk interlokal, karya interlokal, apapun yang diciptakan oleh negara luar. Saya pikir sebutan “wong ndeso” justru gelar yang patut dibanggakan sebagai orang Indonesia. Sebutan itu memiliki arti yang sebenarnya bahwa wong ndeso adalah orang yang mencintai negeri ini sampai pada lapisan-lapisan adat, budaya, unggah-ungguh, dan karakter masayarakat indonesia. Anak kota yang lebih menyukai western tak dipungkiri memiliki sisi negatif seperti tak mau tahu apa yang sedang terjadi di negaranya, apatis tentang apa yang saat ini sedang menjadi demam di indonesia, apatis dengan permasalahan saudara senegaranya. Semua itu ditepis dengan disibukkan hal-hal western seperti update, main gadget, internetan, nonton film luar, nyanyi yang kebarat-baratan, mengidolakan artis barat sampai merogoh kocek yang tak wajar hanya untuk ikut berpartisipasi dalam konser idolanya, berkomunikasi lebih mengutmakan bahasa barat, dan sebagainya semua diimplementasikan dalam kehidupan anak kota. Keapatisan itulah yang mendasari mengapa Indonesia semakin terpuruk. Anak muda yang dielu-elukan sebagai penerus bangsa kini hanya tinggal segelintir orang. Dia yang tak hanya berbicara bahwa aku cinta indonesia, tetapi dia yang cinta indonesia melalui perbuatan dan perilakunya, membuat Indonesia kokoh dengan kekuatan dalam setiap darah yang mengalir bahwa “ini negeriku dan kamu tak kan bisa menggantinya dengan yang lain”. 

-Wong Ndeso-