Selasa, 13 Oktober 2015

Allah Sang Maha Pengatur Jodoh


 
 

Hanif dan Pak Zaini takjub melihat rumah seperti istana. Mereka berdua lalu masuk ke dalam rumah tersebut. Mereka disambut baik oleh penjaga rumah dan dipersilahkan duduk. Penjaga rumah tersebut kemudian memanggil majikannya. Mereka duduk di sofa besar seolah duduk di singgasana raja, segalanya mewah. Melihat kekayaan pemilik rumah tersebut, Hanif jadi teringat tentang masa lalunya.

Dulu Hanif mempunyai kekasih bernama Adelia. Sama, Adelia juga dari keluarga kaya raya. Dia seorang wanita yang baik dan setia kepada Hanif. Mereka bertemu saat di bangku kuliah. Adelia terpesona kepada Hanif yang brilliant. Hanif juga selalu menjaga dan menemaninya. Wanita cantik cucu dari seorang pengusaha besar asal Jerman tersebut merasa aman dan nyaman ketika berada di dekat Hanif. Baginya Hanif adalah segalanya. Hanif memang dari keluarga biasa-biasa saja, tidak seperti Adelia keturunan orang kaya raya. Namun tidak hanya berparas rupawan, ketampanan hatinya mampu meluluhkan banyak hati wanita yang mengenalnya. Tetapi sekalipun banyak wanita yang menggodanya, Hanif tetap setia kepada Adelia. Hubungan mereka telah terjalin sekian tahun.

Hingga suatu saat Adelia hendak dijodohkan oleh ayahnya dengan seorang manajer muda di perusahaannya. Tentu saja dia tidak mau. Namun Ayahnya tetap memaksanya. Ayahnya adalah orang yang berkemauan kuat. Apa yang diperintahkan harus terlaksana. Adelia merasa tertekan dan ia membicarakan permasalahannya kepada Hanif. Selama ini dia selalu berbagi tentang kehidupannya kepada Hanif. Hanif orang yang cerdas dan bijak dalam menyikapi masalah. Tak heran Adelia menganggapnya sebagai separuh hidupnya. Asalkan bersama Hanif, ia merasa tidak ada yang perlu dikhawatirkan menjalani hidup. Ia sama sekali tidak ingin berpisah dengan Hanif yang selalu menjaganya, yang selalu membuatnya merasa aman dan nyaman.

Ketika itu mereka berada di dalam mobil saat malam minggu. Mereka tidak ingin tampak di tempat umum karena khawatir ketahuan oleh orang-orang suruhan ayah Adelia. Akhirnya mereka membicarakan masalah tersebut di dalam mobil. Namun tidak selamanya masalah bisa diselesaikan sesuai dengan apa yang diharapkan. Kali ini Hanif tidak bisa berbuat apa-apa. Ingin menikah bagaimana kalau orang tuanya tidak meridhainya. Ingin menikah menggunakan wali hakim, akan jadi masalah besar jika dilakukan terhadap keluarga Adelia yang sangat berpengaruh tersebut. Pada akhirnya akan menjadi percuma dan justru akan semakin buruk bagi keselamatan mereka.

Adelia sudah merasa tertekan. Dia tertekan dengan paksaan dari pihak keluarganya. Namun sama sekali ia juga tidak ingin jauh dari Hanif apalagi sampai berpisah. Sudah sekian tahun mereka bersama menjalani berbagai episode hidup. Baginya tidak ada laki-laki sempurna dan yang membuat hidup Adelia menjadi sempurna selain Hanif. Apakah harus berpisah dengan cara seperti ini? Jangan sampai itu terjadi. Keduanya sudah tak bisa berfikir jernih lagi. Mereka hanya terdiam. Dalam kondisi berduaan di dalam mobil dan jalanan yang sepi tersebut, Adelia yang sudah tak tahu harus berbuat apa menatap wajah Hanif yang putih dan tampan. Ada suatu keindahan yang dirasa ketika melihat wajahnya. Hanif hanya duduk termenung seolah sedang berfikir keras. Ia tidak sadar Adelia sudah lama menatapnya. Tiba-tiba terlintas di benak Adelia ingin mempunyai anak dengan Hanif tanpa harus menikah dulu. Dan ia pun tidak akan menggugurkan kandungannya sehingga ayahnya tidak punya jalan lain selain merestui mereka. Dalam suasana yang demikian, hal itu terlintas begitu saja dalam benak Adelia. Hanif mulai merasa ada yang aneh dengan sikap Adelia. Hanif mengingatkannya agar tidak bertindak ceroboh. Namun Adelia sudah kehilangan akal sehatnya, ia sudah tidak memperdulikan apa yang diucapkan Hanif. Sebagai orang kaya yang terbiasa hidup selalu terpenuhi apa yang diinginkannya, ia pun akan melakukan apa saja asalkan selalu bisa bersama Hanif. Jantung Hanif berdegup semakin kencang. Ia juga benar-benar mencintai Adelia, juga tidak ingin berpisah dengan Adelia. Tapi, apakah harus dengan cara seperti ini? Dalam kondisi berduaan yang sepi tersebut, imannya diuji dengan seorang wanita cantik dan kaya yang ia cintai. Apa yang harus dilakukannya? Akhirnya dia sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain mengucapkan selamat tinggal. Dengan cepat ia memaksakan diri keluar mobil sebelum semuanya terlanjur lebih jauh lalu ia berlari meninggalkan Adelia. Ia juga tidak memperdulikan suara Adelia yang memanggil dengan isak tangisnya. Tidak sedikitpun ia menoleh ke belakang. Ia khawatir jika menoleh ke belakang akan membuatnya urung untuk meneruskan langkahnya karena tidak sampai hati melihat Adelia menangis ditinggal pergi dan ia juga tidak ingin Adelia semakin sedih karena melihat air matanya. Tapi keputusan telah dibuat. Dalam perjalanan ia berkata, “Aku mencintaimu Adelia, aku sangat mencintaimu. Lebih baik kita berpisah namun engkau selamat dari adzab Allah”. Hanif juga heran dirinya berkata demikian padahal dirinya bukanlah orang yang alim. Sejak saat itulah ia tidak pernah bertemu dan tidak pernah berkomunikasi lagi dengan Adelia. Pada akhirnya takdir memang berkata lain, tampaknya dia harus mengubur dalam-dalam segala kenangan yang telah lama terjalin bersama Adelia.

Keesokannya hari minggu waktu subuh Hanif pergi ke masjid dan di situ ia memanjatkan do’a dengan linangan air mata.
“Jaga Adelia Ya Allah. Jaga Adelia, Ya Waliyy, Yang Maha Melindungi.”
Berkali-kali ia berdo’a demikian. Hanif sudah tak mampu berbuat apa-apa untuk Adelia. Hanif percaya, hanya Allah yang mampu melindunginya. Ia memasrahkan segala urusannya kepada Allah.

“Wahai Allah Yang Maha Hidup, Wahai Yang Maha berdiri sendiri mengurus makhluk-Nya, dengan rahmat-Mu tolonglah saya. Perbaiki semua urusanku dan jangan serahkan kepadaku walau hanya sekejap mata.” (HR. Nasa’i)

Dan setelah berdo’a itulah ketika hendak pulang, Hanif ditakdirkan bertemu Pak Zaini yang ketika itu juga sedang berdzikir di masjid tersebut. Mereka berkenalan dan akhirnya ia berguru kepada Pak Zaini. Meskipun dulu sangat sedih harus berpisah dengan orang yang dicintainya, tapi lewat kejadian itu pula Hanif bisa bertemu Pak Zaini dan menata hidupnya jadi lebih baik.
Tapi ya sudah lah, itu masa lalu. Begitulah episode hidup, kadang tak sesuai dengan apa yang diharapkan. Syukuri apa yang ada. Pasti ada hikmah di setiap kejadian.


“Hanif, kok melamun? Ini Pak Rudi”, tegur Pak Zaini

Tiba-tiba dia tersadar dari kenangan masa lalunya. Memang seharusnya dia datang ke rumah tersebut bukan untuk melamun, namun melakukan ta’aruf dengan seseorang yang disarankan oleh Pak Zaini.
“Eh, iya. Maaf. Assalamu’alaikum, Pak Rudi”, ucap Hanif sambil menjabat tangan Pak Rudi.

“Wa’alaikumussalam, Hanif”, jawab Pak Rudi tersenyum ramah.

Hanif kaget. Apa benar yang dihadapannya ini adalah Pak Rudi? Kemudian datanglah seorang wanita berjilbab merah hati dengan senyuman yang menawan. Wajahnya mengetuk jendela hati yang telah lama tertutup di gelapnya malam. Inikah yang namanya mentari terbit di pagi hari yang sinarnya menembus ke dalam hati? Hanif terperangah seperti tidak percaya. Bagaimana ini bisa terjadi? Dia tidak percaya dengan apa yang dihadapannya sekarang. Benarkah yang saat ini dilihatnya?

Ya, wanita yang saat ini datang di hadapannya adalah wanita yang terakhir kali ia lihat 2 tahun lalu, Annisa Adelia Sigfreda. Wanita yang telah lama bertahta di dalam istana hati Hanif. Ratu yang pernah pergi kini telah kembali dalam singgasana jiwanya. Hanif hanya bisa terdiam kaku seperti tidak percaya. Hatinya selalu bertanya-tanya, bagaimana ini bisa terjadi, apakah ini benar? Apalagi Adelia sekarang memakai hijab. Pak Rudi juga tersenyum ramah, bukankah dulu dia sangat keras menolak hubungannya dengan Adelia? Pak Rudi semakin tersenyum melihat tingkah Hanif seperti orang kebingungan. Tak kalahnya Adelia, senyum yang berseri terlukis pada kanvas wajahnya yang putih dan cantik. Hanif tak bisa menyembunyikan kegembiraannya. Hatinya masih terus bertanya-tanya, bagaimana ini bisa terjadi?

“Hanif, tenangkan diri dulu. Duduklah dengan nyaman”, kata Pak Zaini tersenyum melihat murid kesayangannya terlihat seperti tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.

Akhirnya Pak Rudi bercerita. Dulu dia memang menentang keras hubungan Hanif dengan Adelia. Dia hendak menjodohkan Adelia dengan Tommy, manajer di perusahaan miliknya, karena Tommy lebih kaya.
“Tommy ketahuan melakukan manipulasi laporan keuangan dalam tubuh perusahaan. Ia pun dipecat dan tidak lagi dijodohkan dengan Adelia. Adelia mencari Hanif, namun nomor handphone Hanif tak bisa dihubungi, tampaknya sudah ganti nomor. Kami mencari Hanif ke rumahnya, ternyata Hanif sudah lama pergi dari rumah. Adelia banyak bercerita tentang Hanif bagaimana selama ini Hanif sangat baik menjaga Adelia. Bahkan Hanif orang yang teguh pada pendiriannya sekalipun banyak godaan yang dijalaninya. Adelia sering mengingat kenangan ketika bersama Hanif dan banyak hikmah yang diperolehnya. Dari situ Adelia mulai berubah. Beberapa bulan kemudian, ia memutuskan untuk berhijab. Di lain sisi, perusahaan saya mulai bangkrut. Ternyata masih banyak “Tommy-Tommy” lain di tubuh perusahaan. Kami sampai beberapa kali pindah rumah. Saat itu saya dan keluarga cukup stress, namun Adelia yang menguatkan saya. Saya juga heran melihat Adelia yang mulai berubah semakin dewasa dan semakin rajin beribadah. Dari situ saya sadar, agama bisa merubah hidup seseorang menjadi lebih baik. Sehebat apapun orang termasuk perusahaan yang dimilikinya, tetap saja tak kan bisa apa-apa kecuali dengan pertolongan Allah.
Saya pun akhirnya juga sadar, Adelia sebagai anakku yang salehah adalah sebaik-baik perhiasan dunia. Ia tidak bisa ditukar dengan kekayaan, tidak bisa ditukar dengan status sosial seseorang, dan sebagainya. Anakku jauh lebih berharga dari itu semua. Oleh karenanya aku ingin menjodohkan anakku dengan seseorang tidak sekedar karena dia anak pejabat atau orang kaya atau hal yang bersifat duniawi, itu terlalu rendah bagi saya. Aku ingin menjodohkan anakku untuk yang jauh lebih berharga dari itu semua, yang bisa mengantarkan kepada Allah Yang Maha Sempurna, mengantarkan pada kebaikan akhirat, ke surga Allah. Jika seseorang menjadikan akhirat sebagai tujuannya (memang jujur dari hatinya, seutuhnya), tidak ada yang perlu dikhawatirkan akan masalah duniawi ini. Allah akan membuat dunia tertunduk hina kepadanya. Bukankah begitu petikan sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi.
Saya sudah mencari jodoh untuk Adelia. Namun berkali-kali gagal. Ada saja halangan yang membuat proses itu batal. Hingga akhirnya saya bertemu Pak Zaini dikenalkan oleh salah satu karyawan saya ketika ada acara seminar spiritual bisnis. Lalu kami mendapat informasi tentang Hanif dan akhirnya atas izin Allah pertemuan ini bisa terjadi.”

Hanif hanya terdiam dan tak bisa menyembunyikan luapan kegembiraannya. Terlukis jelas senyum di wajahnya yang berseri-seri. Hati yang kering layu akan kerinduan selama 2 tahun kini bersemi kembali dan terbasahi oleh embun cinta yang merasuk ke dalam pori-pori hati. Sesekali ia melihat Adelia yang tersenyum merona, lalu Hanif pun menunduk menjaga pandangannya. Adelia pun semakin terpesona dengan senyum Hanif, 2 tahun sudah tidak pernah bertemu, Hanif terlihat semakin tampan.

“Hanif, berbicaralah sesuatu”, kata Pak Zaini.

Hanif hanya terdiam tak tahu harus berkata apa selain,
“Maha Suci Allah yang mengatur segalanya dengan sempurna,” hanya itu kalimat yang bisa terlontar dari mulut Hanif.

Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu (Qs 112:2). Siapa yang bisa merebut jodoh seseorang yang telah Allah tentukan kepadanya? Nggak ada. Pak Rudi yang awalnya sangat keras menentang hubungan mereka, sangat mudah bagi Allah merobah hatinya. Malah berubah jadi Pak Rudi yang mencari-cari Hanif. Sekalipun Pak Rudi berikhtiar mencari jodoh untuk Adelia, tetap nggak akan terjadi jika Allah tak menghendaki. Jika Allah telah menentukan jodoh seseorang, maka tak kan ada yang bisa merebutnya dan tak kan ada yang bisa menolak kehendak-Nya sekalipun seluruh jin dan manusia berkehendak untuk memisahkan mereka.

Mereka pun menikah dengan resepsi yang sangat mewah. Hanif dan Adelia bersyukur mereka dipertemukan kembali oleh Allah dalam keadaan pribadi yang lebih baik, dalam ikatan yang suci. Seandainya dulu mereka melakukan perbuatan tidak baik itu, tentu cerita kehidupan akan berbeda. Hanif semakin yakin, asalkan kita percaya akan janji Allah, dibuktikan dengan perbuatan (takwa), tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Janji Allah adalah benar. Allah tak pernah mengecewakan orang yang benar-benar patuh kepada-Nya dengan ikhlas dan cara Allah memberikan karunia-Nya seringkali tak terduga sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Qur’an surat Ath Thalaaq ayat 2 dan 3.

Kontrak pekerjaan Hanif juga sudah habis di perusahaan sebelumnya. Akhirnya dia melamar pekerjaan di perusahaan milik Pak Rudi yang mulai saat ini adalah ayahnya. Hanif tidak mau ada unsur nepotisme dalam perekrutan. Makanya ia ingin ikut proses tes masuk sesuai prosedur dan memenuhi syarat-syaratnya dan ternyata ia lolos. Perusahaan sedang melakukan sedikit perombakan terutama bagian divisi kebendaharaan. Hanif adalah salah satu dari puluhan karyawan yang akan bekerja di perusahaan ayahnya. Diantara misinya dengan teman-teman barunya adalah membersihkan korupsi dalam tubuh perusahaan yang sebelumnya pernah membuat perusahaan timpang. Dia adalah orang yang teguh pendirian, baik, dan brilliant. Dengan demikian, diharapkan ia mampu melaksanakan amanah tersebut sebaik-baikya.

Sekarang Hanif menjadi seorang suami, punya tanggung jawab yang lebih. Ia menjadi nahkoda bahtera rumah tangga. Ia harus memastikan keluarganya baik-baik saja selama berlayar di samudera kehidupan. Ia gunakan system navigasi Al-Qur’an. Tujuannya adalah pelabuhan pintu surga di pulau keabadian. Ia tak sekedar ingin hidup bersama hanya saat berlayar, namun juga hidup bersama istrinya Adelia yang sangat dicintainya, anak-anaknya, dan juga keluarganya kelak dalam keabadian.

“Hmmm… mas Hanif. Setelah difikir-fikir, saya kok menyesal ya menikah dengan mas Hanif sekarang.”

“Loh, ada apa? Maafkan jika selama ini saya belum menjadi suami yang baik. Kenapa menyesal?”

“Saya menyesal menikah dengan mas Hanif sekarang. Kenapa nikahnya kok nggak dari dulu aja. iiihhh, mas Hanif ini kemana aja dulu kok malah menghilang”, ucap Adelia sambil mencubit pipi Hanif.

“Ciyeeee… kalau nggak hilang kita nggak akan tahu apa yang namanya menemukan belahan hati. Yang terpenting sekarang kita jalani hidup bersama dengan sebaik-baiknya dalam ketakwaan kepada Allah. Semoga bidadari yang ku peluk ini tetap menjadi bidadariku di surga kelak dan kita tetap bersama abadi selamanya”

“Aamiin”, lirih Adelia sambil menyandarkan kepalanya di bahu Hanif dan memeluk erat seolah tak ingin lagi berpisah.


“Surga Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, istri-istrinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu; (sambil mengucapkan): "Salamun 'alaikum bima shabartum". Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.” (Qs 13:23-24)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar