Selasa, 10 Desember 2013

Teori CSR


Sumbangsih Ilmu Komunikasi Dalam CSR
Ada berbagai macam teori yang berkembang di dalam ilmu komunikasi. Teori-teori tersebut menjadi dasar pemikiran atas penelitian penelitan di bidang komunikasi serta aplikasi langsung dalam praktik kegiatan komunikasi sehari hari.  Salah satu penggunaan teori dalam praktik kegiatan komunikasi sehari hari adalah digunakannya teori tersebut untuk mendasari kegiatan CSR (Corporate Social Responsibility) dari suatu perusahaan. Sebagaimana hakekatnya untuk mendasari, teori digunakan untuk memberi landasan terhadap kegiatan apa saja, bagaimana kegiatan tersebut, serta efek apa yang akan terjadi jika kegiatan tersebut dilangsungkan. Oleh karena itu, sebaiknya kegiatan CSR menggunakan teori teori komunikasi yang relevan untuk mendasari kegiatannya agar nantinya jelas tahapan serta hasil apa saja yang ingin diperoleh.
Yang pertama, Theory of persuasion bisa digunakan dalam sebagai salah satu dasar untuk melaksanakan Corporate Social Responsibility (CSR).  Teori ini membahas mengenai cara untuk mempengaruhi dalam hal kepercayaan (belief), nilai (value), motif (motive), perilaku (attitude), serta kebiasaan (behavior) orang maupun khalayak mengenai suatu hal namun tanpa tindakan yang memaksa baik. Teori ini menekankan bahwa untuk membujuk (persuade) seseorang membutuhkan alasan yang relevan dan sesuai dengan kehidupan dan lingkungan orang yang akan dipengaruhi. Biasanya teori ini digunakan di dalam bidang pemasaran serta periklanan, namun, teori ini juga cukup erat kaitannya dengan bagaimana suatu perusahaan melaksanakan CSR-nya.
Dalam CSR, hal yang ingin dilaksanakan tentunya membuat khalayak percaya akan reputasi positif mereka serta reputasi dimana keberadaan perusahaan tersebut tidak memiliki ancaman negatif apapun bagi  masyarakat. Theory of Persuasion ini kemudian akan sangat tepat dalam membantu kegiatan CSR untuk melakukan kegiatan persuasif-nya terutama dalam memilih metode serta efek apa yang nantinya akan terjadi jika metode tersebut dilangsungkan. Walaupun kegiatan CSR tujuannya bukan untuk tindak pemasaran, akan tetapi bentuk kegiatan CSR juga bisa dibilang tidak jauh dengan tindak pemasaran karena bagaimanapun juga mereka mengemas dan kemudian memasarkan citra mereka ke masyarakat, walaupun, sekali lagi, bukan tujuan tersebutlah yang menjadi fokus utama kegiatan CSR. Oleh karena itu, persuasif sangat dibutuhkan untuk mebujuk masyarakat agar mau menerima citra yang diberikan oleh perusahaan tersebut dan kemudian mempercayainya sebagai sesuatu yang benar.
Jika dilihat dari tujuan awal CSR yaitu melakukan pertanggungjawaban sosial yang antara lain adalah melakukan tindakan yang dapat membangun masyarakat di daerah sekitar perusahaan, teori ini juga bisa dijadikan pegangan untuk mempersuasi masyarakat agar mau melakukan hal hal yang dianggap baik oleh perusahaan tersebut. Seperti misalnya, di beberapa daerah mempercayai bahwa perempuan tidak sepantasnya untuk belajar membaca dan menulis selayaknya pria. Dalam kasus ini CSR bisa menggunakan teori persuasi ini untuk membujuk masyarakat agar mau memperbolehkan para wanita untuk belajar membaca dan menulis. Persuasi semacam ini merupakan kegiatan yang bisa memperbaiki kehidupan sosial di masyarakat tersebut serta merupakan hal yang dapat meningkatkan citra perusahaan apabila terekspos oleh media.
Teori yang kedua, Stakeholder Theory. Teori ini membahas bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri namun harus memberikan manfaat bagi stakeholdernya yaitu pemegang saham, kreditor, konsumen, supplier, pemerintah, masyarakat. Dengan demikian, keberadaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan tersebut. Kelangsungan hidup perusahaan tergantung pada dukungan stakeholder dan dukungan tersebut harus dicari sehingga aktivitas perusahaan adalah untuk mencari dukungan tersebut. Makin powerful stakeholder, makin besar usaha perusahaan untuk beradaptasi.[1] Pengungkapan sosial dianggap sebagai bagian dari komunikasi antara perusahaan dengan stakeholdernya. Karena berbagai perusahaan menginginkan dukungan agar kelangsungan hidupnya terus berjalan, mereka menjadikan stakeholder (masyarakat dalam ruang lingkup perusahaan) adalah kepentingan kedua setelah kepentingan perusahaan yaitu mencari keuntungan. Sehingga, perusahaan menerapkan perusahaan ramah dan peduli lingkungan yang kini sudah bukan merupakan suatu tanggung jawab lagi, melainkan kewajiban yang harus dilakukan oleh suatu perusahaan. Oleh karena itu, Stakeholder Theory ini dapat dinyatakan sebagai teori yang melandasi akan adanya CSR, dimana penerapan teori stakeholders tersebut yaitu dengan melaksanakan beberapa kegiatan kepada stakeholders, mulai dari melakukan kegiatan yang dapat menyejahterakan masyarakat dan perbaikan lingkungan, pemberian beasiswa untuk anak-anak tidak mampu, pemberian dana untuk pemeliharaan fasilitas umum, sumbangan untuk desa atau fasilitas masyarakat yang bersifat sosial dan berguna untuk masyarakat banyak khususnya masyarakat yang berada pada lingkup perusahaan tersebut berada.   
CSR memiliki peranan penting dalam menjaga hubungan perusahaan dengan pihak eksternal, terutama lingkungan sosial. Lingkungan sosial merupakan bagian yang sangat berkaitan dengan perusahaan karena lingkungan sosial merupakan bagian yang paling dekat dengan perusahaan.  Sepeerti halnya mahluk lain, perusahaan juga tidak dapat hidup sendiri, melainkan ada faktor pendukung, salah satunya adalah lingkungan sosial. Lingkungan sosial merupakan penyedia sumber daya alam serta sumber daya manusia bagi perusahaan. Oleh karena itu diperlukan adanya hubungan baik antara perusahaan dengan lingkungan sosial. Dalam teori komunikasi, hubungan antara perusahaan dengan lingkungan eksternal maupun internal termasuk dalam Teori Sistem.
            Teori yang ketiga, Teori Sistem menjelaskan tentang hubungan perusahaan dengan lingkungan ekternal maupun internalnya. Teori ini juga memandang bahwa organisasi/perusahaan merupakan bagian yang terkait serta mampu beradaptasi dengan situasi politik, ekonomi, serta sosial di tempat perusahaan itu berada sehingga tujuan dari organisasi/perusahaan tersebut dapat tercapai. Grunig dan Dozier menyatakan bahwa perspektif dalam Teori Sistem ini menjelaskan adanya keterkaitan antara perusahaan dengan lingkungan eksternal maupun internal. Karena organisasi/perusahaan memiliki keterkaitan tinggi dengan lingkungan sekitarnya, misalnya tentang ketersediaan barang mentah, para pekerja serta produksi yang dihasilkan.
            Dengan adanya Teori Sistem inilah para CSR dari berbagai organisasi/perusahaan dapat meningkatkan hubungan antara perusahaannya dengan lingkungan eksternal serta dapat melakukan evaluasi terhadap perusahaan karena antara lingkungan sosial dan perusahaan memiliki hubungan yang saling terkait. Selain itu dengan adanya Teori Sistem CSR dalam perusahaan dapat terus menjaga hubungan baik antara perusahaan dengan lingkungan dimana perusahaan itu berada agar bisa mencapai tujuan dari perusahaan tersebut.

Referensi:
Shrum, L. J., Min Liu, Mark Nespoli, and Tina M. Lowrey. 2012. Persuasion in the         Marketplace: How Theories of Persuasion Apply to Marketing and Advertising. (Ebook)
Sadono sukirno. Dkk, Pengantar Bisnis, Jakarta : prenada media, 2004, h 352
http:     //komunikasi-indonesia.org/2010/12/teori-sistem-public-relations/



[1]  Gray, Kouhy dan Adams (1994, p. 53)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar