Pemuda dengan
nasionalisme dan kedaerahan tak selamanya “ndeso” jika dibandingkan dengan anak
kota yang hidup di jaman modern. Anak kota yang ter westternisasi, menyukai
produk interlokal, karya interlokal, apapun yang diciptakan oleh negara luar.
Saya pikir sebutan “wong ndeso” justru gelar yang patut dibanggakan sebagai
orang Indonesia. Sebutan itu memiliki arti yang sebenarnya bahwa wong ndeso
adalah orang yang mencintai negeri ini sampai pada lapisan-lapisan adat,
budaya, unggah-ungguh, dan karakter masayarakat indonesia. Anak kota yang lebih
menyukai western tak dipungkiri memiliki sisi negatif seperti tak mau tahu apa
yang sedang terjadi di negaranya, apatis tentang apa yang saat ini sedang
menjadi demam di indonesia, apatis dengan permasalahan saudara senegaranya. Semua
itu ditepis dengan disibukkan hal-hal western seperti update, main gadget,
internetan, nonton film luar, nyanyi yang kebarat-baratan, mengidolakan artis
barat sampai merogoh kocek yang tak wajar hanya untuk ikut berpartisipasi dalam
konser idolanya, berkomunikasi lebih mengutmakan bahasa barat, dan sebagainya
semua diimplementasikan dalam kehidupan anak kota. Keapatisan itulah yang
mendasari mengapa Indonesia semakin terpuruk. Anak muda yang dielu-elukan
sebagai penerus bangsa kini hanya tinggal segelintir orang. Dia yang tak hanya
berbicara bahwa aku cinta indonesia, tetapi dia yang cinta indonesia melalui
perbuatan dan perilakunya, membuat Indonesia kokoh dengan kekuatan dalam setiap
darah yang mengalir bahwa “ini negeriku dan kamu tak kan bisa menggantinya
dengan yang lain”.
-Wong Ndeso-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar